Adanya Festival Pahawang Bagus, Tapi..
Dokumen Pribadi |
Boleh Kritik dan Saran
ya untuk Pelaksanaan Festival Pahawang
Baca juga: Pulau Pahawang dan Kisah h-1 festival
Ini berdasarkan yang
didengar dan pandangan masyarakat Pulau Pahawang sendiri. 25 November 2016.
Seharusnya menjadi hari yang bersejarah bagi masyarakat Pulau Pahawang, karena
mereka memiliki hari perayaan, yakni festival Pahawang. Tapi kok masyarakatnya
adem ayem, nggak ada suka cita untuk ikut serta memeriahkan. Wisatawan lokal
maupun asing pun tak tampak menginap di home stay yang sudah disediakan warga
pulau. Lalu, untuk apa festival pahawang ini berlangsung. Inilah yang menjadi
tilik perhatian saya. Semoga tahun mendatang tak terulang.
1.
Keluhan terhadap pihak ketiga pelaksana.
Ya, sebelumnya saya minta maaf. Tak bermaksud memprovokasi atau mencaci
maki, bahkan menebar kebencian. Tak ada maksud saya. Saya tulis dengan apa yang
dikeluhkan masyarakat dan saya tak mungkin sebut satu per satu. Sekali lagi
mohon maaf jika tulisan ini mengganggu. Karena di sini yang akan saya tulis
adalah kesigapan dan kesiapan penyelenggara yang artinya si pihak ketigakan.
Dari siang sampai malam di 24 November hari kamis Pak Lurah dan beserta
rombongan dinas pariwisata sudah berulang kali berkomunikasi dengan EO tapi
katanya masih di jalan, tapi tak juga sampai pada lokasi yang sudah ditunggu.
Untuk soal kaos yang akan dikenakan tamu dari kedinasan pun hingga malam belum
diketahui gimana duduk persoalannya. Lantas, dari kegiatan acara sedikit
dikeluhkan oleh staf staf dinas. Karena festival ini sudah dikerjakan pihak
ketiga, tapi kenapa mereka masih yang terpontang panting. Ah, mungkin ini kan
cuma segi teknis dari pengadaan kaos, kapal, dan acara yang berlangsung,
mungkin itu yang saya pikirkan, dan tidak sampai ke sistem acara berlangsung
dari persiapan atau apapun yang menjadi pelaksanaan nantinya.
Adalah nominal yang disebutkan, tapi saya tak akan membahas. Itu juga yang
menjadi keluhan. Tapi kenapa masih staf yang kerjakan. Ah, tapi mungkin kembali
ke penjelasan di atas. Konsep acara memang mahal. Kan datangin si ini dan si
itu. Lalu, untuk kaos juga pasti mahal harganya bahan yang berkualitas. Terus
keperluan tim dan lain-lain. Kalau untung sedikit kan memang begitu masa iya EO
harus buntung.
What? Ya tapi setidaknya itu yang dikeluhkan. Sampai akhirnya ya sudahlah
kalau memang EO tak datang mempersiapkan acara, biar acara ini begini adanya,
saya lepas tangan, setidaknya demikian yang saya dengar. Mungkin kecewa. Tapi
namanya kerja pasti ada puas dan tidak puas. Kriteria puas pun setiap orang
beda. Saya menjadi pendengar yang baik hari ini. Karena saya juga tak mendengar
jawaban dari pihak EO nya mungkin ada alasan dan jawaban yang membenarkan
kenapa ini terjadi.
2.
Acara berlangsung, tapi masih ada banyak
yang bingung
Ini terjadi pada nelayan. "Siapa yang bayar kapal, bagaimana
hadiahnya," sekiranya begitu obrolan di kantin. Eh bentar yang jadi
masalah bukan itu ternyata. Melainkan soal juri kapal hias. Nelayan sudah
lontang lantung, pada bingung, habis ni diapakan kapal-kapal yang sudah di
hias. Kalau soal biaya hias sudah diberikan sejak awal. Tapi soal penilaian.
Koordinator kedinasan juga jadi bingung. Ini skema juaranya seperti apa. Lalu,
bagaimana sejak awal. Wah.. Jadi ikut nimbrung bingung. Tapi selesai kok
akhirnya. Semoga besok tak terulang. Seperti harapan-harapan pengunjung tentang
Pahawang semakin baik. Meski ada miss komunikasi saat festival terjadi.
Lalu, di acara blogg. Saya juga mendengar keluhan. Dari yang tidak ada
penjelasan secara valid tentang info lomba. Pun tak ada yang tahu bagaimana
konsep yang ditawarkan. Katanya sih seperti anak ayam yang dilepas induknya. Mungkin
tujuannya baik, untuk mandiri dan mengeksplor dengan sendirinya untuk
menghasilkan tulisan blognys.
Eh yang di acara kapal hias penanggung jawab EO pun saat ditanya malah
berada di luar yang dipegangnya. Jadi pontang-panting dinas kerja sendiri. “kita
bukan sewa eo mas, tapi sewa kasir,” begitu yang saya dengar.
3.
Konsep acara melebar. Tak fokus di
Pahawang.
Nah, ini yang menjadi pembicaraan pagi sambil ngeteh di home stay pulau
pahawang. Ini juga melihat karena aktifitas kok sepi sepi aja. Kayak nggak akan
terjadi apa-apa. Saya sempat tanya. "Acara di Pahawang jam berapa
mas?" dijawab jam 11. Tapi acara dimulai jam 07.00 informasinya demikian.
Tapi yang saya bingungkan pusat awal acara kenapa gak di pahawang. Lah yang
jadi tolok ukur kan festival pahawang. Dalam benak awal saya fokus ke pahawang
tidak melebar sampai acara-acara yang tak menyangkut ke pahawang.
Ah, mungkin itu ekspetasi saya. Wajar saya dan teman-teman kecewa karena
ekspetasi yang kami harapkan tak sesuai realita.
Saya pikir festival pahawang. semua berpusat di pahawang. Membesarkan nama
pahawang. Lalu melibatkan semua masyarakat pahawang untuk makin percaya diri.
Bahwa ini loh banyak orang datang dan menikmati serpihan surga di teluk lampung
bernama pahawang. Ini loh Pemda sampai membuat festival pahawang karena memang
pahawang punya destinasi yang luar biasa. Tapi kenapa di Pahawang cuma selintas
acaranya. seperti numpang lewat. tak ada suka cita dan persiapan yang wah
masyarakatnya. Ini kan mau membesarkan pahawang supaya dikenal dunia
internasional. Tapi kok malah bukan pahawang yang lebih di eksplore. Padahal
banyak banget yang bisa ditonjolin di Pahawang. Ada aktifitas kemasyarakatan
dalam pembuatan dodol misalnya. Potensi penginapan dan wisatanya. Lomba-lomba
yang berkaitan dengan promosikan pahawang. Sebagian konsep acara saya
dengar memang ada kesamaan. Tapi maksudnya lebih di fokuskan. Dan dititikan di
Pahawang. Biar makin ngerasa. Ini loh acara kita untuk kita dari orang-orang
uang juga kagum dengan serpihan surga di teluk lampung bernama pahawang. Jadi
masyarakat merasa dilibatkan. Lah kalau acara banyak di luar pulau, bagaimana
masyarakat pahawang menikmatinya.
He.. He.. Sekali lagi cuma saran ya. Dari apa yang saya dengar dan lihat
dari dekat bersama teman dan masyarakat. Semoga kedepan lebih baik
pelaksanaannya. Dan pihak yang dipercaya menyelenggarakan memang optimal dab
fokus dengan apa yang dikerjakan. Pahawang itu keren. Namanya saja sudah
serpihan surga. Artinya sudah ada jutaan keindahan di lokasi ini. Tinggal
bagaimana serpihan surga ini bisa dinikmati dan dikenal dunia internasional.
Yuk. Berlibur di Pahawang. Tapi jangan meninggalkan jejak genangan air mata
kesedihan karena penyesalan. Tapi jejak kenangan keindahan. Selamat berlibur.
Tabikpun..
“Bukan sewa eo tapi sewa kasir. Kacau nggak lagi-lagi saya. Nyesel saya.” Kutipan
terakhir yang saya dengar dari salah satu pimpinan dinas setempat.
Semoga saran ini diterima ya, menjadi bahan koreksi, dan tahun depan lebih
baik lagi. Festival Pahawang itu bagus, dan Pahawang memang butuh itu untuk
mengenalkan destinasi wisata yang indah kepada dunia. Tapi ya, harus dilakukan
maksimal dan dikelola EO yang kompeten biar makin paten. He... ngapura ya...
mohon maaf.. Cuma saran.
3 komentar
Add komentarHahaha, ternyata link yang dibagi di FB versi mobile, pantes ndak nemu kolom komentarnya.
ReplyEO-nya asal Bandarlampung ya Bang? Sepertinya masalah EO ini jangan hanya sewa yang murah meriah tapi hasil tidak terjamin, sebaiknya memang pilih EO yang bagus sekalian, apalagi untuk acara sekelas ini... dibiayai pemerintahan. hehehe.
Minta pertanggung jawaban sama EO nya harusnya.. Biar mereka juga bertanggung jawab, nggak lepas tangan begitu saja.. Huh.. Ikut geram jadinya..
ReplySerem juga ya kalau kacau begini, semoga tahun depan semakin baik. Hendaknya dilibatkan masyarakat setempat ya
ReplyBiasakan Tulis Komentar Usai Membaca