Perpustakaan Rumah Sakit Bagi Pikiran
Transformasi Perpustakaan Menuju Layanan Berkualitas Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
MENULISINDONESIA.COM
– Perpustakaan telah dituntut bertaransformasi. Karena berbicara perpustakaan
itu tidak hanya berbicara buku-buku. Tidak hanya berbicara sebuah ruang yang
kaku dan beku. Untuk itu, perpustakaan dituntut untuk bisa bertransformasi
dalam menuju layanan berkualitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Perpustakaan
itu ibarat tol. Menjadi jalan cepat penghubung menggapai masa depan yang
sejahtera, nyaman, dan menjadi jendela, pintu, bahkan langit-langit dari sebuah
impian. Perpustakaan yang bertransformasi dekat dengan masyarakat bisa
melakukan itu. hingga akhirnya, perpustakaan menjadi salah satu bentuk nyata
dalam pembangunan bangsa, karakter masyarakatnya dan meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya.
Maka,
orang-orang yang bergerak di dunia literasi dan mencoba menghadirkan
perpustakaan dekat dengannya adalah orang-orang gila. Gila positif yang
menjadikan perpustakaan adalah rumah sakit bagi pikirannya. Dan virus ini harus
ditularkan. Salah satunya adalah dengan mendekatkan akses membaca kepada
masyarakat. Seandainya dalam satu desa, 75 persen warganya punya perpustakaan,
maka Indonesia tidak menjadi negara nomor dua di urutan 66 dari 67 negara
terkait survei minat baca. Artinya, Indonesia adalah negara terendah minat
bacanya.
Maka,
dengan adanya transformasi perpustakaan, diharapkan masyarakat mampu mengakses
perpustakaan dengan mudah. Selain itu juga bisa ikut serta dalam menikmati
kemajuan teknologi yang dihadirkan bangsa kita ini, “INDONESIA.”
Untuk
itu, kita ubah persepsi kita sebagai penikmat buku, penikmat literasi, dan
penggiat sosial, atau bahkan masyarakat umum pada garis besarnya. Bahwa,
melihat dan mengartikan perpustakaan kita harus berpikir di luar kotak pikiran
kita selama ini, yang menyatakan bahwa perpustakaan adalah pusat buku-buku. Tetapi
perpustakaan juga adalah perjalanan yang terus menerus berusaha bertransformasi
dan dekat dengan masyarakat, dalam keikutsertaanya dalam pembangunan bangsa
menjadi masyarakat sejahtera melalui perpustakaan dan buku-buku dengan layanan
berkualitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Untuk
itu, selain masyarakat ikut berpartisi aktif dalam menumbuhkan minat baca dan
membiasakan diri untuk menyukai aktifitas seperti yang diselenggarakan perpustakaan,
dalam hal ini, tugas dari pemerintah adalah meningkatkan kapasitas Sumber Daya
Manusia (SDM) perpustakaan sebagai tulang punggung layanan yang berkualitas.
Karena,
kita sama-sama sadari, bahwa perpustakaan akan dapat dirasakan sebagai sumber
dan akses informasi yang berkualitas jika perpustakaan dikelola oleh
orang-orang yang profesional dengan didukung perangkat teknologi informasi dan
komunikasi yang memadai.
Sebaliknya,
perpustakaan akan dengan mudahnya redup dan tidak diminati jika perpustakaan
terus menganggap bahwa dirinya hanya sebagai gudang buku dengan staf yang tidak
bergairah dan tidak mendukung terhadap kemajuan perpustakaan yang
bertransformasi.
Selanjutnya,
tidak lupa mengikut sertakan komunitas yang giat dikegiatan perpustakaan dan
literasi di setiap daerah. Komunitas itu banyak. Tapi bagaimana caranya
perpustakaan atau pemerintah yang menyelenggarakan bidang pustaka bisa menjadi
fasilitator komunitas dan menjadikan komunitas sebagai mitra kerja, bukan
sebagai anak buah dalam pekerjaan. Karena pada dasarnya komunitas adalah
orang-orang yang bergerak dikalangan bawah, dan mengakses semua kalangan untuk
terus bisa menularkan virus semangat membaca. Khususnya, semangat literasi.
Semoga,
kita semua bisa menjadikan perpustakaan sebagai rumah sakit bagi pikiran. Sehingga,
buku-buku adalah antibiotik yang paling manjur dalam membangun bangsa dan
kesejahteraan masyarakatnya. (*)
Yogyakarta, 14/03/2017
Biasakan Tulis Komentar Usai Membaca