MPR RI Ngobrol Bareng Netizen, Ajang Mengenal Kembali Indonesia
MPR Ngobrol Bareng Netizen (Foto : Heni Puspita) |
MPR RI Ngobrol Bareng Netizen (Menulis Indonesia) – “Kita semua
Pancasila, kita semua Indonesia,” begitulah kata Ketua MPR RI Zulkifli Hasan
saat berbincang bersama Netizen Lampung, dalam tajuk ‘Netizen Lampung Ngobol
Bareng MPR RI’ di Hotel Swiss-Belhotel Lampung, Minggu (19 November 2017).
Dalam kegiatan
tersebut MPR RI pun bekerja sama dengan Tapis Blogger, sebuah komunitas blogger
yang saat ini terus bergeliat menunjukan eksistensi sebagai penyumbang
informasi-informasi positif kepada dunia, tak hanya lokalitas Lampung maupun
Indonesia. Sebab, kami para penggiat yang berada di dalamnya sebagai anggota
pun meyakini, jika bukan kita, siapa lagi yang bisa memberikan informasi cerdas
dengan mengedepankan realita dan data, bukan sekedar kata yang dirangkai dan
berujung pada berita bohong alias hoax.
Acara yang berlangsung
pada pukul 18.00 hingga waktu yang ditentukan selesai. Meski ada keterlambatan,
tapi secara menyeluruh tak ada masalah. Kurang lebihnya acara ngobrol bareng
netizen Lampung bersama MPR RI ini pun berlangsung 3 jam.
Banyak hal yang saya
dapat di acara tersebut, termasuk kesimpulan yang telah saya kutip di atas dan
pertama kali. Kenapa langsung saya tulis di atas. Inilah Indonesia yang sedang
diterpa bencana besar dari kata-kata warganya. Entah dari mana awal mulanya. Di
negeri ini sangat mudah menerikan kekafiran seseorang, dengan mudah menyebut
anti NKRI, anti Pancasila, dan bukan Indonesia. Labelisasi yang begitu mudah
tersemat dari mulut seorang manusia yang jika tak sepaham dan tak sejalan,
makan siaplah diserang. Miris!
Belum lagi, banjir
bandang Hoax! Berita tidak benar. Tapi dijadikan landasan. Lalu, diperuntukan
untuk menghujat antar sesama manusia. Yang tak sepaham dan tak segolongan,
ataupun sealiran, siap-siap dibencanakan dengan berita bohong. Ini kan miris. Kenapa
kita masih berseteru di tanah yang katanya telah merdeka.
Persatuan dan kesatuan
pun dipecah belah. Rasa hormat sudah tidak bisa diperuntukan untuk keutuhan
negara. Tapi keutuhan perut individu dan golongan. Ini semakin ngeri.
Saya pada akhirnya
bersyukur. Bisa hadir di acara “MPR RI Ngobrol Bareng Netizen Lampung” sungguh
saya ucapkan rasa syukur dalam setiap perjalanan. Beberapa pertanyaan sudah
saya gagas. Dipikiran saya penuh pertanyaan dan persoalan. Termasuk tentang
kondisi Indonesia yang semakin mengkhawatirkan jika terus menerus masyarakatnya
seperti yang telah saya sampaikan di atas.
Saya "Yoga Pratama" Saat Menyampaikan Pandangan/Catatan/Pertanyaan |
Dan pada akhirnya,
ketika acara di mulai, yang didahulukan, pemaparan Siti Fauziah, S.E., M.M.
sebagai Kepala Biro Humas MPR RI dalam sambutannya menjelaskan tujuan diadakan ngobrol bareng ini, saya pun terus
mengolah tata bahasa saya agar tak terlalu kaku, karena saya rasa ini penting
untuk disampaikan. Dan sangat tepat ketika berbincang saat ini dengan kami para
penggiat alias netizen yang kesehariannya berkutat dengan tulisan baik dalam
buku maupun per-google-an.
Lalu, ditambah lagi,
penyampaian dan pemaparan Pak Ma'ruf Cahyono, S.H., M.H. (Sekretaris Jenderal
MPR RI) yang benar-benar membangunkan saya, mengingatkan saya bahwa dulunya
saya adalah seorang aktivis kampus, yang kerap memprotes beberapa kebijakan
pemerintah yang tak memihak pada pendidikan dan masyarakat, khususnya bagi
mahasiswa. Saya seperti diingatkan, bahwa saya masih berada di Indonesia. Dan inilah
Indonesia. Saya pun begitu seksama memperhatikan setiap kata apa yang
disampaikan para pemapar di podium, tepat di depan saya duduk.
Saat itu, saya seperti
baru lahir, dan kembali dikenalkan tentang Indonesia.
Saya seperti orang yang lupa, bahwa saya sudah Indonesia, sangking merasa
heran dengan kondisi bangsa dan warganya yang begitu mudah saling memperolok,
menyudutkan kafir dan anti NKRI, saling serang, bahkan bisa jadi saling
membunuh. Nauzubillah.
Lagi, dengan penyampaian puisi Pak Ma’ruf, yang kebetulan sekali saya
adalah pecinta puisi, saya penikmat sastra, dan saya maniak di setiap panggung
puisi. Hanya saja, saat itupun saya menahan diri, dan lebih menikmati pemaknaan
puisi yang dibacakan Pak Ma’ruf. Seperti ini puisinya :
Apakah kita masih
indonesia?
MANIFESTO
INI BARU INDONESIA
Masih Indonesiakah
kita
Setelah sekian banyak
jatuh bangun
Setelah Sekian banyak
tertimpa dan tertempa
Setelah sekian banyak
terbentur dan terbentuk
Masih kita meletakan
harapan di atas kekecewaan
Persatuan diatas
perselisihan
Musyawarah diatas
amarah
Kejujuran diatas
kepentingan
Ataukah
ke-Indonesia-an kita telah pudar
Dan hanya tinggal slogan
dan gambar
Tidak !
Karena mulai kini
nilai-nilai itu kita lahirkan kembali
Kita bunyikan dan kita
bumikan
Menjadi jiwa dan raga
setiap manusia Indonesia
Dari Sabang sampai
Marauke
Kita akan melihat
lebih banyak lagi
Senyum ramah dan tegur
sapa
Gotong royong dan
tolong menolong
Kesantunan bukan
anjuran tapi kebiasaan
Kepedulian menjadi
dorongan
Dari terbit hingga
terbenamnya matahari
Kita melihat orang
orang berpeluh tanpa mengeluh
Berkeringat karena
semangat
Kerja keras menjadi
ibadah
Ketaatan menjadi
kesadaran
Kejujuran menjadi
harga diri dan kehormatan
Wajah mereka adalah
wajah Indonesia yang sebenarnya
Tangan mereka adalah tangan
Indonesia yang sejati
Keluhuran budi mereka
adalah keluhuran Indonesia yang sesungguhnya
Hari ini kita gemakan,
Ini baru Indonesia
Dari MPR untuk NKRI.
Bagaimana tidak, saya
seperti dikenalkan kembali pada Indonesia. Masih
Indonesiakah kita. Setelah sekian banyak jatuh bangun. Setelah Sekian
banyak tertimpa dan tertempa. Setelah sekian banyak terbentur dan terbentuk. Kita
sudah cukupkan itu semua. Indonesia bukan perkara yang lalu, dan hari ini. Melainkan
juga masa-masa yang akan datang. Intinya, mari jaga Indonesia. Bersatu padu. Persatuan
dan kesatuan. Dan tetaplah menjadi Indonesia. Karena saya sepakat apa yang
disampaikan Pak Zulkifli: Kita Semua
Pancasila, Kita Semua Indonesia.
Tak hanya itu, kenapa
saya sebut, pertemuan ini seperti ajang kembali mengenalkan Indonesia. Saya akan
kembali merincikannya :
Dulu, Semasa Kuliah ?
Saya jadi mengenang. Saat menjadi seorang aktivis, dan kami membuat
sebuah acara yang mengundang MPR RI untuk datang ke kampus. Lalu, dibuatlah
acara 4 Pilar Kebangsaan. Dan saat ini sudah berubah menjadi 4 Pilar MPR.
Kurang lebihnya seperti
ini 4 pilar MPR itu ?
Empat Pilar MPR
1. Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara
2. UUD NRI Tahun 1945 Sebagai Konstitusi Negara
3. NKRI Sebagai Bentuk Negara
4. Bhenika Tunggal Ika Sebagai Semboyan Negara
Selain itu, apalagi?
Mari Implementasi
sila-sila dari Pancasila, berikut penjabarannya :
1. Ketuhanan Yang Maha
Esa
- Berhenti saling
menyakiti, mulailah saling menghargai
- Berenti saling
merendahkan, mulailah menghormati perbedaan
- Berhenti takabur,
mulailah bersyukur
2. Kemanusiaan Yang
Adil Dan Beradab
- Stop marah marah,
mulailah bersikap ramah
- Berhenti memaki,
mulailah memakai hati
- Berhenti curiga,
mulailah menyapa
3. Persatuan Indonesia
- Berhenti berseteru,
mulailah bersatu
- Berhenti memaksakan,
Mulailah berkorban
- Berhenti mencari
perbedaan, mulailah bergandeng tangan
4. Kerakyatan Yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan
- Berhenti silang
pendapat, mulailah mencari mufakat
- Berhenti besar
kepala, mulailah berlapang dada
- Berhenti bersilat
lidah, mulailah bermusyawarah
5. Keadilan Sosial
Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
- Berhenti malas,
mulailah bekerja keras
- Stop diskriminasi,
mulailah toleransi
- Berhenti menang
sendiri, mulailah berbagi.
Nilai-nilai kebangsaan
yang harus kembali kita pahami dan Pancasila yang harus diimplementasi. Kenapa hal
tersebut terlahir di Indonesia. Setidaknya ini juga sebuah pemahaman tentang Ideologi
negara seperti yang para pemapar sampaikan. Seperti :
- Bangsa yang religius dan tidak boleh hilang,
indikatornya dan implementasinya.
- Bangsa yang memanusiakan manusia sendiri atau karakter
humanisme.
- Suarakan persatuan, Nasionalisme dengan banyak
cara. Misalkan, dengan mencintai produk dalam negeri, dll.
- Tidak boleh mengambil keputusan yang akan
memunculkan konflik. Selesaikan dengan musyawarah mufakat.
- Keadilan sosial.
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan |
Hingga pada akhirnya
berada di puncak acara, pemaparan yang disampaikan Ketua MPR RI DR. (H.C) Zulkifli
Hasan, S.E., M.M. Ada beberapa persoalan yang dipaparkan pimpinan MPR yang
juga sangat kental dengan tanah kelahirannya di Lampung itu. Indonesia sedang
dihadapkan beberapa problema, dari kemiskinan, kesenjangan, korupsi, hingga
pada faktor ketidakpercayaan atau distrust.
Untuk itu, kita pun
diminta untuk kembali membudayakan bagaimana mencintai daerah tanah kelahiran,
mencintai Indonesia. Serta tidak melupakan jasa pahlawan, yang telah
mencatatkan sejarah dengan darah, bagaimana bangsa ini terlahir sampai pada
akhirnya menjadi bangsa yang besar.
Maka dari itu, masyarakat
diminta untuk terus tumbuh seiring ilmu pengetahuan, hal ini juga agar
masyarakat tidak mudah dipecah belah. Karena tidak mudah hidup di era sekarang,
kita hidup tak hanya membutuhkan cerdas dan cermat saja. Tetapi juga butuh
cekatan. Nasib bangsa terus dipertaruhkan. Setidaknya demikian.
Lalu, pada kesempatan
di akhir acara, ada kesempatan bertanya, dan kebetulan saya mengajukan diri
untuk bertanya. Apa yang saya sampaikan?
Saya hanya sekedar
menyampaikan seperti apa yang telah saya ditulis di atas. Titik kehawatiran
masyarakat yang sudah tidak cerdas dalam memberi, menerima, dan mengelola
informasi. Sehingga Hoax itu adalah penjajahan di era masa kini. Musibah silih
berganti dari bilik kata. Hingga pada akhirnya menimbulkan perpecehan dan
persengketaan. Ironi, ketika informasi tak terbendung justru menjadi bencana
yang kian terus bersenandung.
Saya pun berharap, ada
tingkatan kelanjutan program kerjasama dengan para netizen dalam hal ini Tapis
Blogger di Lampung untuk bisa bersama dengan MPR turun ke masyarakat,
menyampaikan informasi baik dalam bentuk pelatihan ataupun sharing informasi
apa saja hal positif yang bisa dilakukan masyarakat dalam memberikan informasi
yang baik. Tidak mudah diprovokasi kata-kata yang hoax. Dan tidak terjebak pada
kepentingan. Meski belum memuaskan setidaknya saya sudah mendapatkan jawaban.
Bersama siapapun, kita
tetap Indonesia. Sudah seharusnya, dengan gerak terbatas ataupun gerakan yang
lebih luas, kita membantu bangsa ini dalam mencerdaskan, mencermatkan, dan
mencekatkan generasi berikutnya dengan pemberian tulisan yang informatif bukan
sekedar provokatif.
Sebab, kenapa saya
juga pada akhirnya mendapat sebuah jawaban, bahwa saya sedang diingatkan
kembali pada Indonesia. Pak Zulkifli berlang kali sampaikan. Kita semua
Pancasila, kita semua Indonesia,” ia pun mengajak, para penggiat literasi, baik pembaca maupun penulis, atau yang biasa
disebut pula dengan sebutan Netizen. Lebih khusus disampaikan kepada para
Netizen Lampung, agar dapat menjadi jembatan penyambung pesan positif antara
MPR RI dan rakyat Indonesia. Sampaikan 4 Pilar MPR dan keberadaan
pancasila yang diimplementasi dalam kehidupan.
Selain itu, saya
mengutip dari pernyataan teman-teman saya di Netizen Lampung juga, bahwa Pak
Zulkifli menitip pesan, diharapkan para netizen bisa memberikan edukasi politik
disetiap tulisannya agar dapat terwujudkan negara dengan rakyat yang cerdas dan
bijaksana. Dan yang tak kalah pentingnya adalah ajakan untuk menjaga
nilai-nilai kejujuran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Rasa hormat saya
sampaikan di penutup acara kepada siapapun yang hadir. Next program. Ngobrol
bareng bukan hanya sekedar ngobrol disebuah ruangan. Tapi bisa ngobrol langsung
dihadapan masyarakat lainnya, baik petani, buruh, nelayan, dan mereka yang
membangun sektor pangan dan papan, tapi hidup masih dibelakang dengan ciri khas
kulit hitamnya. Di sana pula. Kami Netizen Lampung bisa lebih leluasa
menuliskan dua arah yang diinginkan pemimpin dan rakyatnya. Tabikpun.
Wassallam.
8 komentar
Add komentarnilai nilai kebangsaan harus ditanamkan di generasi muda pada zama now ini
ReplyMantap. Panjang nih artikel. Lengkap dari problem hingga tujuan kedepan seperti apa ditulis secara runut ulas balik dan rapih
ReplyNetizen ikut mensosialisasikan dan mengawal semua kebijakan supaya tetap berada pada jalurnya? ayoookk broo siapa takut, karena netizen mampu membentuk opini publik tanpa harus demonstrasi
ReplyMari bersama membangun bangsa ini. Karena Indoelnesia adalah milik semua. Salam kenal Kak Yoga yang keren :)
Replysemoga kedepannya lebih banyak instansi lainnya, baik eksekutif maupun legislatif yang mau mengikuti langkah MPR RI untuk mengadakan acara bermanfaat seperti ini
ReplyTerimakasih sudah berbagi Kak Yoga, salam kenal
ReplySalam kenal kak Yoga. Semoga generasi penerus bangsa semakin sadar akan rasa nasionaliame
ReplyBanyak banget catetannya, keren...
ReplyBiasakan Tulis Komentar Usai Membaca