Cerita Pendek "Kado Tengah Malam" Yoga Pratama
Cerita Pendek "Yoga Pratama"
Kado Tengah Malam
Hari
Sabtu sudah mulai gelap, menandakan malam tiba. Suasana seperti ini yang
disebut kebanyakan orang sebagai malam Minggu. Malamnya bagi bujang dan gadis
yang jatuh cinta, malam-malam yang sangat dirindukan berbagi kasih sayang untuk
jalan berdua.
Tapi
tidak dengan Gapra. Ia tidak sedang merasa jatuh cinta, tidak juga menjalin sebuah
cinta, seperti yang ia lihat di sudut kota malam Minggu ini. Melainkan ia sedang
berduka cinta. Jadi, ia tidak sedang jatuh cinta, tetapi cintanya benar-benar
terjatuh dan menitihkan air mata, karena luka dalam hatinya.
Gapra
seperti dihadapkan badai yang menerpa hatinya. Sebagai remaja yang tinggal
menghitung detik akan genap berusia 17 tahun, pastinya berharap perjalanan di usia
termanisnya itu berjalan bahagia dengan didampingi seorang kekasih.
Tetapi,
Gapra malah ditinggalkan pergi Laura, kekasihnya. Ya, satu hari sebelum tanggal
14 Februari 2016 ini, Laura memutuskan jalinan kasih mereka berdua yang sudah
berjalan empat tahun lamanya, saat keduanya masih duduk dibangku Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Padahal di 14 Februari itu juga jalinan kasih keduanya
genap berusia 4 tahun.
Sabtu
13 Februari ini seharusnya mereka memanfaatkan waktu dengan baik menyusuri
indahnya kota berdua. Itu sudah direncanakan Gapra dan Laura jauh-jauh hari.
Karena melihat 14 Februari adalah hari Minggu, itu tanda keduanya tidak ada
aktifitas di sekolahanya. Sehingga, bisa digunakan untuk menikmati detik-detik
pergantian usia.
Putusnya
tali cinta Gapra dan Laura terjadi pada Sabtu siang, usai jam belajar mengajar
di SMA-nya. Laura lah yang menghampiri Gapra di kelasnya, tepat saat bel
berbunyi yang menandakan jam belajar mengajar berakhir.
Entah
kenapa, didepan teman-teman sekelas Gapra, Laura menjadi orang yang kalaf
memaki Gapra. Laura marah-marah, disela marahnya ia pun menangis. Sesekali ia
memukul tubuh Gapra yang dibuatnya bingung dan mencoba menenangkan Laura.
Namun, marah dan tangis Laura semakin jadi.
Teman-teman
Gapra pun diam, tak ada yang bisa memisahkan drama yang terjadi diantara mereka
didepan kelas IPS 3 tersebut. “Kamu jahat, kamu tahu besok 14 Februari itu
merupakan hari genap dimana hubungan cinta kita berumur 4 tahun. Tapi, ternyata
istirahat tadi, kamu bermesaraan dengan sahabatku sendiri Layla,” maki Laura
sambil menangis histeris.
Gapra
pun semakin bingung, ia sadar ia mengantarkan Layla dengan sepeda motornya.
Namun itu dilakukan karena Layla butuh bantuanya. Sebagai sahabat dari
pacarnya, ia pun mencoba untuk membantu Layla. Karena saat itu ia melihat Layla
kebingungan, karena tugasnya tertinggal dirumah. Sedangkan hari itu juga, tugas
terakhir dikumpulkan, jika tidak Layla tidak bisa masuk kelas. Namun, Gapra
lupa bilang kepada Laura jika ia berniat membantu Layla.
Kesalahan
kedua yang Gapra sadari adalah, saat jam istirahat pertama. Gapra dengan sangat
biasa menerima pemberian ice cream dari
Layla. Ia menerima pemberian Layla, karena Layla memberikan kepadanya sebagai
ungkapan terimakasih yang telah membantunya mengambil tugas sekolah yang
tertinggal, sehingga ia tak jadi dihukum.
Dari
kedua rasa bersalah itu, Gapra mencoba menjelaskan. Akan tetapi, Laura tak mau
mendengar penjelasanya tersebut. Laura telah melihat aktifitas Gapra dan Layla
sejak pagi hari dan saat jam istirahat. Hanya saja ditegaskan Laura dalam
marahnya, ia menahan diri dan tak ingin mengganggu kemesraan kekasih dengan
sahabatnya tersebut.
Lantas,
Laura pergi meninggalkan Gapra dengan kalimat “Kita Putus.” Kalimat yang begitu
mengerikan yang terdengar ditelinga Gapra ditengah teman-teman kelasnya. Gapra
pun terdiam, tertunduk, dan tak tahu harus berbuat apa.
Satu
per satu temanya pun pergi meninggalkan Gapra, tersisa Oscar yang masih menunggu
dan menenangkannya. “Sabar Gapra, ini ketidaksengajaan yang terjadi padamu.
Nanti malam, kau tidak sibukkan, aku ingin mengajakmu ke taman sudut kota, aku
akan menjemputmu pukul 21.00 WIB. Sudah jangan bersedih lagi, masih ada aku
sahabatmu,” ujar Oscar menenangkan Gapra. Lantas keduanya pun pergi
meninggalkan ruangan kelas yang semakin sepi tersebut.
Malam
yang ditunggu pun tiba, Oscar sampai dirumah Gapra pada pukul 20.30 WIB. Masih
ada waktu 30 menit dari waktu yang sudah ditentukan. Pintu rumah Gapra pun
dibukakan oleh mamahnya. Namun, Gapra masih mengurung diri didalam kamarnya.
Oscar sudah menduga diwaktu sebelumnya, maka itu ia datang lebih awal dari
waktu yang ditentukan.
Oscar
pun masuk kedalam kamarnya, dan mencoba menenangkan kembali psikis Gapra yang
masih kaget karena cintanya diputuskan Laura. “Gapra, sudah lagi, buruan
siap-siap. Kamu butuh cerita, kita ceritakan di taman sudut kota, sembari
menikmati ice cream kesukaan kita. Ayolah, kita cairkan suasana indah malam
minggu ini,” ajak Oscar yang sedikit memaksa Gapra untuk bergegas.
Akhirnya,
Gapra pun menuruti apa yang disampaikan sahabatnya sejak kecil tersebut. Gapra
pun telah siap ikut Oscar ke taman sudut kota, menuju penjual ice cream langgananya
sejak kecil. Tapi disanalah banyak kenangan tercipta. Sebab, tidak hanya
kenangan bagi Gapra dan Oscar, melainkan juga Laura dan kedua keluarga darinya
dan dari Laura.
“Ah,
ini menjadi malam yang menyebalkan bagiku. Aku pulang sajalah Oscar,” keluh
Gapra sesampainya di taman sudut kota, dan tinggal satu langkah lagi sampai di
penjual ice cream langganannya.
“Aih,
sabar dulu. Kita nikmati malam ini, jangan bersedih. Kita lupakan kesedihan,
kita cairkan suasana,” cegah Oscar menahan Gapra untuk tidak meninggalkan
tempat yang rencananya akan terjadi kejutan besar tersebut.
Penjual
ice cream pun menyapa Gapra dan Oscar. Gapra pun sedikit kaget dengan penjual
ice cream langganannya tersebut. Terkagetnya karena daganganya lebih banyak,
tak seperti biasanya ia lihat. Tapi tak ia hiraukan penjual ice cream tersebut,
cukup ia memesan ice cream kesukaanya. Ia pun memesan Taro-green tea color
cone, sedangkan Oscar memesan pudding ice cream.
Gapra
pun mulai bercerita, Oscar mendengarkan dan memberikan nasihat-nasihatnya.
Gapra mengaku bingung dengan sikap Laura yang tiba-tiba langsung memutuskannya,
tanpa mendengarkan penjelasannya. Dibalik kursi Gapra dan Oscar, si penjual ice
cream senyum-senyum sendiri mendengar curahan hati Gapra kepada Oscar.
Semakin
malam, waktu menunjukan pukul 23.30 WIB, tak disadari oleh keduanya asik
mengobrol. Gapra pun bingung, kenapa si penjual ice cream tak juga kunjung
tutup. Sedangkan, yang ia tahu, si penjual ice cream tutup pada pukul 23.00
WIB.
“Bang,
belum pulang, tumben sekali,” tanya Gapra kepada si penjual ice cream.
“Masih
banyak mas, dan mungkin sampai pagi nanti. Mas santai saja, tidak usah
buru-buru. Lanjutkan curhatanya, saya tidak buru-buru tutup kok. Ini saya lagi
menyiapkan ice pesanan, sebentar lagi akan datang kesini,” jawab si penjual ice
cream.
Jarum
jam terus cepat berputar, tak terasa hari akan berganti, waktu menunjukan 23.55
WIB, tersisa 5 menit lagi untuk merubah hari. Gapra pun terkaget-kaget, semakin
tidak mengerti dengan yang terjadi pada hari ini. Dari kejauhan ia melihat
segerombolan orang dengan menggunakan sepeda motor dan mobil memutari taman
kota dimana Gapra dan Oscar berada.
Segerombolan
orang tersebut pun tepat pada pukul 00.00, berhenti dari aktifitasnya memutari
taman, dan satu persatu pengendara motor melepas helmnya, begitu juga
pengendara mobil, satu persatu keluar dari mobilnya.
Gapra
semakin terkaget, ketika melihat pengendara motor yang mencapai puluhan tersebut
merupakan teman-teman sekelasnya. Semakin terkagetnya lagi, ketika melihat
orang yang keluar dari mobil merupakan ayah dan ibunya. Lalu, mobil lainya,
ayah dan ibu Laura. Ia pun semakin bingung ketika yang keluar dari kursi
belakang adalah Laura, yang sepulang sekolah memutuskannya.
Sepanduk
besar pun digelar “Selamat Ulang Tahun Gapra Sastrawan ke 17, Semoga Panjang
Umur, dan Dilancarkan Impian-Impianya.” Laura keluar dengan membawa due kue tar,
kue pertama dengan lilin angka 1 dan 7, sedangkan kue kedua dengan lilin angka
4. Sontak Gapra bertanya kepada Oscar ada apa sebenarnya malam ini. “Kenapa ini
Oscar?” tanyanya.
“Selamat
Ulang Tahun ke 17 Sahabatku, semoga apa yang menjadi impian tercapai. Ini ide
dan usaha dari Laura,” jawabnya singkat. Dari pintu mobil, Laura bersama kedua
orang tuanya, dan kedua orang tua Gapra menghampiri.
“Selamat
ulang tahun anakku, semoga berkah usianya,” ucap Ibunya.
“Selamat
ulang tahun jagoan,” ucap Ayahnya.
“Selamat
ulang tahun kesayangan. Maaf sudah membuatmu repot dan harus dimarah-marah
didepan umum,” kata Laura sambil tertawa. Ucapan selamat pun diikuti kedua
orang tua Laura kepada Gapra.
Silih
berganti kawan sekelasnya pun demikian, dan terakhir sahabat dari Laura, yakni
Layla yang menjadi alasan putus di siang harinya. “Maafkan aku, ide gila ini
dipersembahkan kekasihmu sebagai kado terindah,” kata Layla.
“Tak
ada kado spesialku di usiamu yang sudah 17 tahun, hanya bisa menyajikan Ice
Cream kesukaanmu ditengah malam. Bukankah ini keinginanmu dulu sewaktu kita
berusia 14 tahun. Menikmati Ice cream tengah malam dengan si penjual yang murah
senyum ini,” ujar Laura yang mendekat dan memberikan Ice Cream Taro-green tea
color cone kesukaan kekasihnya tersebut.
Gapra
semakin tahu, bagaimana kesungguhan hati seseorang yang ia jaga selama empat
tahun terakhir. Cinta yang bukan hanya ada pada dirinya dan Laura saja. Tetapi
juga sudah sampai kepada Kedua orang tua mereka masing-masing. Karena kedua
orang tua mereka bukan orang yang baru kenal. Mereka sudah berteman sejak
dibangku kuliah, hingga satu pekerjaan dan memiliki rumah dilokasi yang sama.
Gapra
dan Laura pun berteman sejak kecil, hingga keduanya menyadari saling jatuh
hati, dan berkomitmen saling menjaga diri untuk sampai pada masa depan berdua.
Ice cream sudut taman kota, tempat biasa kedua orang tuanya dengan kedua orang
tua Laura mengajak anak-anaknya melepas penat. Ya, si penjual ice cream pun
saksi bagi kisah cinta mereka sejak kecil, dan sejak empat tahun menjalin
kasih. (*)
No HP : 085268790024
Biasakan Tulis Komentar Usai Membaca