Kamu Itu Seperti Ice Cream? Dingin Yang Dirindukan (Cerita Pendek)
Cerita Pendek (Cerpen) "Yoga Pratama"
Kamu Itu
Seperti Ice Cream? Dingin Yang Dirindukan
“Aku kangen kamu?” Karsidi mengirimkan
pesan di Blackberry Massengger (BBM) kepada kekasihnya Nyla.
Karisidi pun menunggu BBM yang
dikirimnya dibaca kekasihnya yang super cuek tersebut. 10 menit berlalu, pesan
BBMnya belum juga dibaca. Karsidi tetap menunggu, buka tutup layar handphone
(HP) yang dia lakukan seperti tak berguna, tak ada satupun pesan masuk dari
kekasihnya. Hingga waktu berlalu 30 menit lamanya, tapi tetap tak ada jawaban
juga dari kekasihnya tersebut.
Tak dirasa 120 menit penantiannya
berlalu, Karsidi pun seakan menyerah, dan ia terlelap, jarum jam dinding di
kamarnya menunjukan pukul 22.00 WIB. Hari semakin malam, kamar Karsidi pun
hening.
Pagi harinya, saat ayam berkokok
terdengar nyaring didalam kamarnya, Karsidi terbangun lalu mengambil HP untuk
melihat apakah ada jawaban dari kekasihnya atas pesan yang ia kirim semalam.
Tetapi, pagi yang diharapkan ceria,
tetap tak sesuai harapan. Karsidi terlihat pasrah, mukanya pucat, pesan BBM
yang ia kirim semalam hanya dibaca tanpa ada balasan dari Nyla.
Meski begitu, Karsidi tidak sedikitpun
mundur menjadi kekasih Nyla. Ia terus berjuang, meyakinkan Nyla agar bisa
memiliki rasa yang sama seperti yang ia rasakan. Seperti aneka rasa ice cream
di kedai tempat Nyla bekerja. Kedai tempat Karsidi dan Nyla bertemu,
berkenalan, dekat, lalu pacaran.
Sore harinya, Karsidi menuju kedai
tempat Nyla bekerja. Tujuannya untuk mengetahui kabar Nyla yang tak kunjung ada
kabar. Selain itu, untuk menikmati ice cream kesukaanya, yakni ice cream
chocolate kiwi topping dengan teman makanan ringannya roti, keju dan selai
srikaya. Ice cream dan makanan tersebut juga merupakan kesukaan Nyla.
Sesampainya di kedai. Karsidi masuk
dan langsung duduk di kursi paling pojok dari pintu masuk, tempat biasa yang
sering ia gunakan setiap berada di kedai. Tempat duduk yang dekat dengan
jendela dan pemandangan taman kota.
Kebetulan Nyla tak begitu sibuk hari
itu. Nyla pun menghampiri kekasihnya yang sudah sangat gundah menanti kabarnya.
“Hey sayang? Maaf semalam aku ketiduran, tadi pagi baca BBM kamu,” kata Nyla
kepada Karsidi.
“Lalu kenapa hanya dibaca dan tidak
dibalas pesanku?” Karsidi mempertanyakan kecurigaanya dengan nada yang serius.
“Paketku habis, dan aku lagi malas mau
perpanjang paket. Yasudah aku coba untuk kirim pesan SMS, eh aku nggak ada
pulsa juga,” kilah Nyla.
Karsidi percaya, ia tak ingin Nyla
berbalik marah kepadanya. Karena ia menyadari kekasihnya itu cuek, bahkan super
cuek. Sampai ia mengira semua wanita itu sama saja sikapnya. Meski tidak cuek,
tapi wanita itu dingin, meski dingin wanita selalu dirindukan. Sama halnya ice
cream, dingin yang selalu dirindukan.
Karsidi pun percaya, cinta sama
seperti ice cream yang sama-sama mengandung sebuah filosofi hidup. Menurutnya,
hidup itu dinamis. Ada kalanya hidup dengan kondisi yang bahagia, namun pada
saatnya ketidakbahagiaan pun datang.
Begitu juga dengan sebuah pertemuan,
yang selanjutnya akan ada perpisahan. Dekat lalu pergi, orang yang jatuh cinta
harus siap dengan kondisi tersebut.
Begitulah ice cream, Karsidi memiliki
keyakinan bahwa ketika menikmati ice cream pastinya akan semakin berkurang
jumlahnya, dinginya semakin menurun, dan akhirnya cair.
Begitu juga dengan rasa cintanya
kepada Nyla. Suatu saat jika ia memposisikan sebagai penikmat ice cream, maka
sikap cuek kekasihnya tersebut pasti akan mencair, diwaktunya kelak. Kapan?
Akan terjawab dengan sendirinya.
Sikap dinginya Nyla pastinya akan
berubah kepada Karsidi dan semua hal yang baru akan dimulai. Tapi, Karsidi tak
dapat memastikan, cair dan berubah sikap dinginya Nyla dalam bentuk tahapan
hubungan yang lebih serius atau berakhir semua dan hanya menjadi sebuah
kenangan.
Karsidi tetap berusaha dan berdoa,
selebihnya memasrahkan kepada sang penguasa manusia, bumi dan seluruh isinya.
Ia pun selalu memposisikan sebagai yang terbaik untuk Nyla, dalam kondisi
apapun dengan mencoba memahami sifat Nyla.
Sore itu, Karsidi dan Nyla pun
berbincang-bincang sementara waktu. Terlebih kedai masih sepi pengunjung.
Sendau gurau diantaranya pun tampak manis dan mesra, sama seperti ice cream
yang tersaji dimeja mereka. Sudah meleleh cuek dan dingin Nyla yang duduk semeja
berteman ice cream dan makanan yang sama.
Sesekali Karsidi menggombal ke Nyla.
“Kamu itu seperti ice cream? Dingin yang dirindukan,” gombal Karsidi.
Sementara, Nyla hanya tersipu malu dan
menjawab rayuan Karsidi. “Apasih? Sudah gombalnya? Kalau sudah mau dibuat
ngelap itu mulutmu yang gelepotan ice cream!” Nyla pun tertawa, Karsidi
tertunduk malu sambil membersihkan sisa ice cream dibibirnya.
Begitulah cinta dan sebuah rasa, tak
dapat ditebak arahnya. Setiap hari dapat berubah, seperti ice cream yang disantap
sesuai selera. Karsidi dan Nyla bersendau gurau dengan lontaran kata cinta,
sampai akhirnya waktu mengantarkan keduanya ke sesuatu hal, sesuatu rasa,
dengan suasana yang baru. (*)
No HP : 085268790024
Biasakan Tulis Komentar Usai Membaca