TTS: INI TENTANG AHOK, TENTANG DEMO BESAR DI DKI JAKARTA
lihat postingan lainnya. Selamat membaca.
Silang Pendapat,
Teka-Teki Silang Tulisan Saya
Untuk DKI Yang Bakal Banyak Jutaan Umat Bersatu Demo Ahok
MENULISINDOENSIA.COM
- Detik-detik Calon Gubernur Petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang
kerap disebut Ahok di demo besar-besaran oleh ormas Islam. 4 November 2016.
Jakarta bersiap menjadi lautan jutaan manusia turun ke jalan.
Jika
dimulai saya bercerita dalam berpendapat, ini karena ada api maka ada asap. Sebelum
saya lanjutkan mohon maaf jika tak berkenan. Saya sudah minta maaf sebelum
menjadi kontroversi ya.. oke, diingat saya sudah minta maaf.
Saya
di sini sekedar ingin berekasi dalam sebuah tulisan. Saya berusaha menjadi
garis tengah, tapi saya muslim, dan saya juga merasa marah jika kitab suci saya
dilecehkan, tapi saya tak ingin saling menyalahkan, saya tak ingin terlarut
dalam kusutnya ini persoalan, saya hanya sekedar penulis yang lebih suka
bereaksi dalam tulisan, ini pun kalau jadi tulisan, karena jujur saya masih
berada pada ketakutan.
Apa
yang saya takutkan? Saya takut jika tidak beraksi di jalan saya disebut tak
mendukung umat islam. Saya takut disebut pendukung Ahok. Saya takut dijauhi
teman-teman. Saya takut di marah Allah. Tapi saya harus menuliskan ini,
meluruskan beberapa status saya dalam beropini di facebook saya, sempat ada
yang memprotes, tapi saya yakin protesnya baik, dia tidak memprotes sebenarnya,
hanya sekedar memberikan nasihat tentang arti demo besar-besaran 4 November
ini.
Jujur
saya masih takut, berulang kali saya masih menulis kata takut, yang paling saya
takuti adalah murka Allah. Murka si pemilik dan sang maha agung, yang menciptakan
kehidupan dan kematian. Seandainya hari ini kiamat, saya masih dituding orang
yang tak memahami arti islam dan iman. Nauzubillah, saya merasa pada titik
kehawatiran saya.
Maka
terutama sekali saya mengucapkan maaf kepada Allah SWT, maaf berulang kali saya
tujukan juga kepada-Nya. Lalu, kepada Nabi dan Rosulnya. Juga kepada kedua
orang tua saya jika memang saya juga salah dalam berpendapat. Selanjutnya saya
meminta maaf kepada semua yang membaca dan pada akhirnya menyalahkan saya.
Setelah
meminta maaf, saya ingin ucapkan selamat. Ya, Selamat datang di tanah air saya,
Indonesia yang kaya dan raya akan SDM, SDA, dan tatanan masyarakat kebudayaan
dan sosialnya. Dalam hal ini saya hanya ingin ucapkan selamat. Saya tak sedang
mencitrakan diri saya sebagai orang baik. Saya tidak sedang berpolitik praktis.
Bahkan mengikuti beberapa pandangan dari pengamat politik, atau bahkan politisi
yang saya sering lihat berkoar-koar di televisi yang bisanya saling menyalahkan
merasa dirinya dan kelompoknya jauh lebih baik. Saya tidak sedang melakukan
itu. Saya hanya sedang ingin menulis kegelisahan saya sebagai manusia, sebagai
warga negara, sebagai saya laki-laki dan masih hidup.
Sekali
lagi takkan ada asap jika tak ada api. Baru ini saya berani menuliskan,
pemaknaan pasti yang membaca punya tafsir sendiri, saya sekedar mencari aman,
tafsirkanlah. Tapi kalau saya tidak sedang di salahkan, saya akan lanjutkan.
Oke
saya lanjutkan, saya apresiasi langkah teman-teman Fron Pembela Islam (FPI) dan
itu hak teman-teman pastinya. Ahok dianggap sejumlah umat islam, termasuk FPI
telah menghina agama islam.
Ahok
yang saat ini kembali maju mencalonkan diri dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 pun
sudah dilaporkan ke kepolisian. Inilah yang puncak kemarahan, yakni mengutip
ayat dalam surat Alqua, Al-Maidah, dalam sebuah pertemuan dengan warga
September lalu.
Pernyataan Ahok
dinilai telah melecehkan islam dan pada 4 November ini beserta unjuk rasa
sebelumnya menuntu agar proses hukum tetap berjalan. Kurang lebih 18 ribu personil
kepolisian, TNI, dan Satpol PP pun disiagakan dalam menjaga demo tersebut. Luar
biasa, Jakarta ribuan orang atau bahkan jutaan di jalan.
Saya juga
sudah membaca sikap dua organisasi masa islam terbesar di Indonesia,
Muhammadiyah dan NU, keduanya menegaskan bahwa hak unjuk rasa dimiliki oleh
setiap warga,, sepanjang mengikuti aturan yang ada.
Dari penegasan
ini semoga tidak ada lagi yang berusaha memaksa untuk semua masyarakat beragama
Islam untuk turun di jalan, karena masih ada yang bisa dikerjakan dan cara
bereaksi lainnya selain turun ke jalan. Sekali lagi saya dan kita semua punya
cara dalam menangani hal ini, bukan berarti harus ikut-ikutan turun ke jalan. Semoga
bisa di pahami. Saya terimakasih sekali jika tidak ada yang menyatakan saya
kafir atau sebagai pendukung Ahok ketika saya tidak turun ke jalan. Saya hanya
sekedar ingin menulis.
Ahok di demo
pun tak ada korelasinya dengan pendidikan harus diliburkan, tapi alhamdulillah
memang tidak ada yang meliburkan, jika ada yang ingin meliburkan diri untuk
turun ke jalan, itu kembali pada hak setiap orang. Sekali lagi kebebasan
berpendapat yang bebas namun taat azas, sampaikan dengan baik. Jangan ketidak
santunan juga dibalas ketidaksantunan.
Saya pun hanya
berdoa, semoga demo 4 November pun tak ada yang menunggangi. Terlebih perkara
politik. Jauh-jauh agama dipolitisasi. Masa iya lawan ahok partai nggak mampu,
sampai harus menunggangi. Tapi tidaklah, saya yakin kedewasaan partai dalam
berpolitik juga bertujuan baik, meski beberapa diantaranya sedang tersangkut
beberapa masalah hukum, dinamika hidup kan demikian, saya yakin pendirian
partai politik itu bertujuan baik, sebaik doa-doa yang selalu disampaikan dalam
berbangsa dan bernegara. Semoga berkenan.
Tapi yang saya
sedihkan adalah beberapa artikel yang saya baca beropini sampai ada 12 dukun
yang bersiap datangkan hujan, tapi yang saya baca hanya tanggapan paranormal
atau orang pintar yang ada di Indonesia. Judulnya besar itu katanya orangnya
Pak Jokowi. Walah saya bukan orang Pak Jokowi tapi saya sedikit tergelitik
dengan mistisnya informasi ini, apakah iya benar. Di mana saya mencari
kebenaranya tudingan tersebut, sedangkan saya tidak tahu informasi yang ditulis
orang-orang Pak Jokowi, mungkin teman-teman tahu ada yang pernah berkata
tersebut orang Pak Jokowi mengatakan sedang menyiapkan dukun.
Ini dukun
salah apa ya kok di bawa-bawa. Begitu juga Pak Jokowi. Mungkin pandangan
sebagai Kepala Negara harusnya Pak Jokowi turun langsung menangani hal ini.
Beberapa media sudah menuliskan tanggapan pak Jokowi itu apa soal kasus ini.
Beberapa ulama besar juga sudah. Bisa dicari di google lainnya, berbagi tulisan
dan bacaan, pastinya mereka lebih akurat, karena mereka mewawancari langsung.
Saya juga
sudah dengan Pak Ahok sudah minta maaf. Tapi memang sebagai umat Islam tak bisa
sebegitunya minta maaf langsung selesai masalah ini. Nah, kalau saya pribadi,
saya mendapatkan ilmu dari guru-guru agama saya dulu, semoga masih ingat,
sebagai umat manusia harus saling memaafkan. Itu dulu yang saya pakai. Saling memaafkan.
Semoga saya bisa memaafkan kesalahan Pak Ahok.
Tapi memang
benar, jika memang tidak setuju Ahok jadi gubernur ya tidak usah dipilih lagi. Jika
ada proses hukum ya sudah serahkan ke kepolisian biarkan diproses hukumnya
tanpa dipolitisir. Tapi sekali lagi rasa kepuasan seorang manusia pastinya
berbeda-beda. Saya tak menyalahkan loh ya.
Saya jadi
kasihan dengan negeri ini. Kasihannya kenapa? Saya begitu sangat khawatir jika
kita sedang dikendalikan negara asing. Saya mencoba menurunkan positif berfikir
saya dengan sedikit bernegatif, mungkin ini salah dan tak dibenarkan. Kenapa? Jika
terjadi peperangan antar agama, peperangan satu bangsa, satu darah Indonesia,
tak ada yang diuntungkan dalam hal ini bagi negara, bagi nama-nama yang lahir
di bumi ibu pertiwi, yang diuntungkan adalah yang ingin mengambil kuasa dan
mengendalikan pola pikir manusia. Eh, semoga saya berkata ini tidak sedang
sesat pikir. Saya hanya menulis apa yang ada dan menajdi keresahan saya.
Kata teman
saya barusan, saya tak tahu dalilnya apa, orang yang menghina islam dan kitab
sucinya darahnya halal untuk ditebas oleh siapa saja. Tapi saya tak ingin
melanjutkan, sekedar sedikit mengutip, tolong yang bisa jelaskan lebih rinci
bantu saya.
Jadi ingat
sewaktu mahasiswa, sedikit masalah demo, sampai akhirnya saya jadi paham demo
itu apa, dan ada hal yang harus digaris bawahi dalam demo, saat itu saya
mengendus ada penunggangan intelektual mahasiswa dalam beraksi, ada sejenis
pasukan nasi bungkus dan uang 50 ribu, dari itu saya marah besar melihat
teman-teman saya berdemo, saya mencoba tertib dengan diri saya untuk mengurangi
sebuah gerakan. Saya orang yang menolak demo. Demo masih bisa dilakukan diri
saya sebagai apirasi saya dalam ber re aksi. Tapi harus matang konsep dan pembahasan,
saya tak mau menjadi kusut sekedar ikut-ikutan. Ini saya juga demo loh percaya
nggak?
Untuk aksi ini
kan besar mas? Ini Kitab Suci kita loh? Kenapa nggak demo di jalan bareng
mereka. Ya saya berseloroh saja, saya mencoba menenangkan diri saya dengan
mencoba mengurai apa yang terjadi di negeri ini, saya tidak bisa harus A dan B,
saya mencoba memaafkan. Sekarang saya demonya melalui tulisanya. Kalau berkenan
di bacam jika tidak berkenan ditutup kembali ini tautan. Yuk demo tanpa harus
turun ke jalan, tapi banyak yang melihatnya.
Saya masih
percaya dengan kekuatan Allah. Jika memang Ahok bersalah di mana tempatnya
sudah tersedia, dan gimana kelanjutan ceritanya sudah terususun rapih dalam
garisnya. Saya tidak ingin mendahulu kewenanganya. Jika disebut marah, ya saya
marah lah, tapi saya elegan marahnya. Terimakasih...
Biasakan Tulis Komentar Usai Membaca