Cerita Pak Kadis dan Toilet Difabelnya
Toilet Difabel |
Tuhan memang benar-benar membuka mata seorang hambanya disetiap
pertemuan. Salah satunya, ketika memutuskan untuk ikut dalam kegiatan sanitasi
total berbasis masyarakat (STBM) di Pagelaran, Pringsewu, Lampung.
Tepatnya, saat kunjungan lapang di Dusun 2, RT 02, RW 02, Desa Candi Retno,
Pagelaran, Pringsewu di salah satu rumah yang berukuran 3 x 5 semi permanen.
Berdinding bata merah yang hanya setengah dan setengah ke atas papan triplek.
Lalu memiliki dapur berbahan geribik bambu.
Pak Kadis, begitulah masyarakat setempat memanggil pria berusia 70 tahun
tersebut. Pria yang kini hidup seorang diri, dan puluhan tahun lalu harus
merelakan kakinya diamputasi karena sering jatuh dan mengidap
gatal-gatal.
Pak Kadis (70) Baca juga : Stop Buang Air Besar Sembarangan |
Pak Kadis pun sangat senang melihat kedatangan rombongan kami. Ia menyalami
satu persatu dengan senyum yang lebar dibibirnya. Ia pun berbicara tanpa harus
menjeda kalimat per kalimat. Tak ada keraguan saat ia diminta untuk menjawab
pertanyaan dengan cerita-ceritanya.
Pak Kadis selama ini hidup dengan bantuan orang disekitarnya. Tapi bukan
berarti ia tak melakukan apa-apa. Dengan keterbatasannya ia masih bisa
melakukan pekerjaan apa saja. Ia pun tak sungkan memotong bambu dan menganyam
ketika orang-orang datang meminta jasanya untuk membuat sebuah kursi bambu
ataupun layangan. “Saya itu dulu memang tukang pasang batu. Sekarang sakit
begini saja, apa aja saya kerjakan. Apa saja saya buat. Dari anyaman bambu,
kursi bambu, layangan, apa saja yang bisa saya kerjakan ya tak kerjakan,”
tandasnya.
Pak Kadis sehari-hari beraktifitas seorang diri, dengan pendengaran yang
sedikit terganggu, ia pun tak segan meminta orang-orang yang ingin berbicara
dengannya untuk berbicara dengan kuat.
Sudah empat bulan lalu, ia bisa membuang air besar dengan mudah. Dengan keterbatasannya
kakinya yang tak sempurna kini, ada bantuan dari STBM untuk membuatkan wc
difabel. “Pakai wc ini belum setahun, baru 4 bulanan. Sekarang enak tinggal
duduk saja. Dulu nggak ada wc, jadi kalau buang air besar pakai pelastik,”
tandasnya.
Semoga Pak Kadis terus sehat, dan orang-orang disekitarnya terus membantu
memenuhi kebutuhannya. Semakin banyak orang yang datang dan semakin terketuk
hatinya. (*)
kondisi rumah Pak Kadis |
Biasakan Tulis Komentar Usai Membaca