Contoh Membuat Cerpen Singkat Tapi Menarik
Contoh Membuah Cerpen - Contoh cerita pendek berikut ini merupakan karya Annisa Syifa Malabbi yang berjudul Dream atau Cerpen bercerita tentang mimpi. Contoh Cerpen ini merupakan Contoh membuat cerpen singkat tapi menarik yang bisa kamu ikuti tata cara kepenulisan cerpennya. Terlebih lagi, cerpen singkat ini memiliki konflik yang sederhana namun tetap bagus untuk dipahami. Bahkan, contoh membuat cerpen ini juga telah menjadi satu kesatuan buku antalogi.
CARA MEMBUAT KALIMAT PEMBUKA CERPEN YANG MENARIK
Ilustrasi Cerpen Tentang Mimpi |
"Dream"
Annisa Syifa
Malabbi
Setetes tinta kutuangkan dibuku
harian. Sudah satu jam Ayah dan Bunda pergi meninggalkan rumah. Aku mengambil
handphone yang berada di atas meja belajar. Dan mulai mengetik nomor handphone
Rahma, sahabatku.
Dering memanggil terus
terdengar. Terlebih handphone tersebut kudekatkan telinga, agar kalau pas
diangkat Rahma, aku bisa lebih jelas mendengar suaranya. Tapi, nyatanya tidak juga diangkat
telepon panggilanku ini oleh Rahma.
Aku mengulang kembali. Bahkan
sampai tiga kali. Lagi-lagi tidak ada jawaban darinya. Aku mulai jenuh, dan memutuskan
untuk keluar rumah. Menikmati udara yang sejuk dengan beraktifitas sekedarnya.
Aku pun menuju taman
yang berada di belakang rumah. Dengan membawa beberapa alat tulis. Aku duduk
disebuah kursi dan meja mini yang sering aku tempati ketika ingin bersantai.
Aku mulai melanjutkan menulis sebuah lagu yang dibuat dari seorang penyanyi
cilik. Ketika asik menulis, seseorang mendekatiku dan menutup mataku. Aku tidak
dapat melihat. Aku mencoba melepaskan tangan tersebut, tapi pegangan itu sangat
kuat.
“Siapa ini?”
“Coba tebak,” orang misterius itu
memintaku untuk menebak siapa sebenarnya dirinya, yang tangannya menutup
mataku. Dari suaranya aku seperti mengenal. Bahkan sangat dekat.
“Bunda!” Ternyata ia bundaku. Bunda
pun melepaskan tangannya.
“Sedang apa? Sepertinya serius
banget?”
“Sedang menulis lagu bun.”
“Boleh bunda lihat?” Aku hannya
mengangguk, lalu melanjutkan menulis.
Bunda masih berada disampingku. Ia tersenyum ketika aku mencoba menyanyikan
lagu yang aku tulis.
“Besok temani bunda ke toko elektronik
ya? Ada yang mau bunda beli.” Lagi-lagi aku hanya mengangguk. Tak lama bunda
pergi meninggalkanku di taman.
Jam menunjukan pukul 05.45. Segera aku
membereskan alat tulis dan masuk ke dalam rumah. Ketika hendak membuka pintu
rumah, terdengar suara benda jatuh.
Lansung aku masuk ke dalam rumah dan menaruh alat tulis di atas meja tamu.
Aku berlari ke arah
sumber suara. Arahnya dekat dapur. Aku mulai mengintip siapa yang memecahkan
benda itu. Ternyata seekor kucing yang mengacak dapur rumah .
“Whus.. whus..” aku mengusir kucing
tersebut dengan sebuah sapu. Kucing itu pun pergi. “Bunda kemana?” Tanyaku dalam hati.
Sesampainya dikamar, aku mengambil
handuk dan segera mandi.
5 menit telah berlalu…
Sekarang badanku terasa
segar. Terdengar suara azan berkumandang. Segera aku mengambil wudhu dan
menunaikan shalat bersama Bunda. Selesai shalat, aku bersama ayah, bunda makan malam bersama. Menikmati
masakan yang telah bunda buat.
“Mala, bagaimana lagu-lagu yang kamu buat?”
Ayah yang tiba-tiba memulai pembicaraan dengan pertanyaan.
“Hem... banyak. Tapi, banyak juga yang gagal.” keluhku
“Coba kamu lebih serius,” jawabnya.
Bunda dan Ayah sangat
tahu potensi, dan mereka juga tau apa impian
terbesarku. Mereka sangat mendukung ku untuk menggapai impian. Aku pernah ikut
kompetisi menyanyi, alhasil gagal.
Tapi Bunda menyuruhku untuk tidak menyerah.
Makan malam telah
berlalu. Tanpa kusadari jam menunjukan pukul 09.33. Kini waktunya aku untuk tidur.
Pagi tiba. Terik matahari menusuk tubuh. Tak ada rasa semangat, karena aku tau hari ini hari minggu.
Ingin rasanya melanjutkan tidur, bermalas-malasan, tapi apa daya? Bunda akan memarahiku jika ia
tau aku tidur ketika matahari pagi terbit. Bahkan aku pun belum menunaikan
shalat subuh.
Tiba-tiba
tok.. tok.. tok.. seseorang mengetuk pintu kamar. Aku
lansung loncat dari kasur, dan mengambil wudhu di toilet yang berada di kamar. Tak
ada lagi suara ketukan pintu. Untunglah, bunda tidak akan memarahiku.
Tanpa
buang waktu aku lansung menunaikan shalat subuh. Aku melipat mukena dengan
rapih, setelah usai shalat. Dan menaruhnya dilemari yang berada disudut
ruangan. Sekarang giliran perut yang terasa lapar. Aku mulai berjalan keluar kamar
dan pergi menuju dapur untuk mengambil sarapan pagi. Ketika ingin melihat
sarapan pagi, ternyata tidak ada satupun makanan yang tersedia di meja makan.
“Bunda lupa membuat sarapan. Tapi Bunda sudah menyuruh Bi Lina untuk membeli sarapan di depan jalan.”
“Baiklah,” singkatku dengan penyesalan.
Aku lansung kembali ke kamar. Bingung harus melakukan apa
hari ini. Pasti Rahma sedang asik berlibur bersama keluarganya. Ah! Aku baru
ingat, hari ini Rina akan mengajakku ke toko kostum. Lumayan untuk memenuhi
jadwal hari ini. Tanpa membuang waktu aku lansung mengambil handphone di dalam kamar. Aku mulai menelpon
Rina. ternyata pulsaku habis. Mungkin
hanya bisa sms. Aku lansung menekan kontak Rina.
MALA: assalamualaikum. Nay kamu
jadi ketoko kostum?
Hanya semenit Rina pun
membalas sms ku.
RINA : jadi lah.. temenin aku y. nanti ketemuan di cafee jomblo jam
9 ok.
Tak lama handphone ku mati. Aku
lupa untuk cas nya tadi. Untung masih sempat membaca pesan balasan Rina.
Koas pink pun
aku kenakan. Berpadu dengan
rok panjang
berwarna hitam, dan jilbab segi empat berwarna pink
muda. Aku sangat teliti dengan pakaian yang ingin dipakai.
Aku mulai merias
wajahku. Sangat singkat. Ketika asik menghias, ketukan pintu membuatku terkejut.
Aku mempersilahkan untuk masuk. Ternyata dibalik pintu ada bibi yang membawa
sarapan pagi.
“Makasih bi!” Ucapku pada bibi. Lansung aku
menyantapnya. Tak lama aku pun hendak pergi untuk bertemu dengan Rina.
“Mala, kamu mau kemana?” Tanya bunda yang
tiba-tiba datang.
“Mau ke toko kostum bersama Rina, bu? Boleh ikut
ya?”
Jawabku. Aku pun meminta izin
agar diperbolehkan.
Bunda mulai berpikir sejenak.
“Baiklah, tapi setelah itu lansung pulang
ya.” Aku mengangguk
pelan.
Akhirnya Bunda memperbolehkan. Aku lansung pergi ke kamar untuk mengambil tas yang akan
digunakan. Lalu memanggil
sopir pribadi untuk
mengantar ke cafe jomblo. Hannya 4 menit
kami sampai di tujuan.
Terlihat di cafe itu sudah ada seorang gadis cantik menggunakan
baju kemeja merah dengan rok jins dan
jilbab dengan
warna biru
donker. Ia tidak sendiri. Rina ditemani seorang gadis yang kutaksir sebaya
dengannya.
“Hai, Rin. Siapa ini?”
“Kenalkan ini sepupuku, namanya Zuma.”
“Hai, Zuma. Aku Mala,”
kujulurkan tangan untuk menjabat tangannya.
“Zuma,” ia membalas jabatanku.
“Yuk langsung aja. Tuh tokonya
disamping,” aku mengangguk. Kami pun mulai memasuki toko tersebut.
Sekarang aku sudah
berada di dalam
toko kostum. Banyak sekali baju-baju yang indah dan mewah.
“Mala, sini geh,” Rina memanggil dan
aku
berlari kecil menghampiri.
“Nih, aku dapat brosur kompetisi
menyanyi. Pemenang akan mendapatkan uang sebesar 25 juta, jalan-jalan ke Paris, dan akan ditampilkan di televisi.”
Rina menyerahkan brosur itu kepada ku.
“Thank you, bantu doa ya,” aku sangat senang dan berharap impianku bisa tercapai setelah mendengar
informasi tersebut.
“Semangat yah,” kata Zuma yang tiba-tiba menepuk
bahuku. Aku hannya tersenyum manis.
Seusai Rina memilih baju dan membayarnya akupun langsung pulang. Pak Jaka sudah
menunggu di depan toko 5 menit yang lalu.
Sesampainya dirumah.
“Bunda, bunda,” aku mencari-cari Bunda. Tak
sabar untuk memberi tahu informasi yang telah kuperoleh.
“Ada apa? Sampai berlari-lari gitu?”
“Ini bun, Rina memberiku brosur kompetisi
menyanyi. Aku ikut ya bun? Pendaftaran
terakhirnya besok, dan
mulai kompetisinya hari minggu. Boleh kan Bun?” Memasang muka
melas.
“Ok. Ada syaratnya? Kamu
harus persiapkan semuanya dari sekarang.” Tegas bunda.
Aku mengangguk dan langsung ke kamar. Menghidupkan
radio, menyetel lagu yang akan dinyanyikan.
Hari yang kutunggu tiba.
Bunda sudah mendaftarkanku
dua hari yang lalu. Aku sudah siap tampil. Saat
ingin masuk mobil, mendadak
jantungku sakit. Aku tidak dapat menahan rasa sakit itu. Perlahan tubuhku
terjatuh dan
tidak sadarkan diri.
Bangun-bangun,
aku tak lagi melihat panggung. Tidak
ada suara berisik yang menyemangati pendukungnya? Aku di mana? Hanya ada inpus di tangan. Bunda yang datang
pun hanya sekedar mengelus keningku.
“Bunda, Mala di mana? Mala mau pergi kekompetisi,” air mataku mulai membasahi pipi.
“Kamu ada di rumah sakit. Sebentar lagi dokter
akan membawamu ke Jakarta
untuk perawatan lebih lanjut.” Air mata Bunda juga menetes.
“Lalu bagaimana dengan kompetisi
itu?”
“Kamu harus menjalani operasi. Mungkin masih ada kesempatan
lain. Dan kamu bisa mengikuti kesempatan itu di lain waktu.” Aku tidak dapat
menahan tangis. Aku tak bisa apa-apa.
Sampai pada
akhirnya, beberapa
suster membawaku kesebuah mobil ambulan. Sekarang aku sudah berbaring di sebuah
kasur yang berada di dalam ambulan. Tubuhku tidak dapat bergerak. Karena rasa sakit yang beerada di dalam tubuhku. Aku diminta untuk
istirahat sampai benar-benar sembuh.
Kini, usiaku meranjak 21 tahun aku mulai
membangun mimpi-mimpiku kembali. “I
HAVE A DREAM.”
Biodata Penulis :
Nama : Annisa Syifa
Malabbi
TTL : 16 Juni 2004
Alamat : Jl. Abudl
Mutholib Perum Gria Asri, Blok A, No 09. Kel. Segalamider, Tanjungkarang Barat.
Biasakan Tulis Komentar Usai Membaca